Semangat Meraih Mimpi Anak Papua Bersama Papua Future Project



Foto : IG @papuafutureproject

Halo guys, hari ini saya ingin mengucapkan rasa syukur yang teramat mendalam karena tinggal di pulau Jawa yang sudah cukup maju. Terutama untuk akses pendidikan. 

Di sini kita bisa berangkat ke sekolah dengan mudah tanpa harus menyeberangi pulau atau laut karena Pulau Jawa sebagian besarnya adalah daratan. 

Maka dari itu janganlah mengeluh karena di luar sana seperti di Papua (untuk wilayah tertentu), masih ada banyak saudara-saudara kita yang untuk berangkat ke sekolah saja harus menyeberangi pulau atau laut dan itu cukup beresiko. 

Oleh karenanya, pendidikan di sana pun masih terbatas. Bahkan untuk sekedar membaca dan menulis pun masih banyak yang belum bisa. 

Hal inilah yang menggerakkan hati seorang anak muda insipiratif yaitu Bhrisco Jordy Dudi Padatu atau akrab disapa Jordy. 

Jordi adalah salah satu anak muda yang juga tinggal di Papua, yang tergerak hatinya untuk membantu anak-anak lain di daerah lain di Papua, yang belum beruntung terkait pendidikan. 

Di saat tekhnologi sudah sangat canggih seperti ini, ternyata masih ada saudara kita yang tertinggal. 

Begini ceritanya

Awal mula dulu saat masih pertama masuk SMA di tahunj 2015, Jordy sudah mulai senang dengan pendidikan dan ikut komunitas. Hingga akhirnya di akhir tahun 2020, Jordi mendirikan sebuah komunitas bernama Papua Project Future. 

Komunitas ini dibentuk atas keprihatinannya dikarenakan ternyata banyak anak-anak Papua yang tinggal di Pulau Manisam, banyak yang belum bisa baca tulis. 

Padahal letak pulau itu cukup dekat dengan ibukota provinsi dan berajarak hanya sekitar 15-20 menit dengan perahu. 

Pulau ini juga memiliki pemandangan yang indah dan potensi alamnya sangat bagus. Selain itu pulau ini juga memiliki nilai sejarah yang kuat terkait injil. 

Bayangkan, mereka yang hanya berjarak dekat saja seperti itu, bagaimana yang lebih jauh? 

Jordy tergerak hatinya untuk membantu anak-anak sana menggapai mimpinya, bisa membaca dan menulis dan mengejar mimpi layaknya anak-anak lain di luar sana. 

Ia bisa saja meloby pemerintah dalam menjalankan programnya, namun tentu saja ada batasan. Dan ia berpikir mengapa tidak dari dirinya sendiri saja? 

Sampai akhirnya ia sendiri rela bekerja menjadi waiters dan barista di sebuah restoran lokal demi bisa mendanai programnya. 

Jadi, Papua visual project adalah sebuah komunitas yang didirikan di akhir tahun 2020 yang khsuus menangkap isu literasi tentang pendidikan bagi anak muda sana. Di daerqah 3T khususnya di wilayah papua barat.

Tujuannya untuk mendapat akses pendidikan dan kesehatan yang lebih inklusif. Pertama hanya 3 orang yaitu dari temen-temen terdekat saja. 

Respon anak-anak di sana bagaimana dengan program ini? 

Tentu saja mereka sangat senang. Di suatu kesempatan, ia pernah mengunjungi sebuah desa  dan hanya ada satu sekolah SD, dan SMP pun hanya 3-4 orang murid saja. 

Bahkan untuk anak SD kelas 5-6 saja, masih sulit menuliskan nama sendiri. Ini menandakan jika pendidikan sangat kurang di sini. Jordi dan komunitasnya disambut baik oleh anak-anak dan warga. 

Menurut Jordy, hal yang perlu diperhatikan adalah soal kurikulum. Ia menyarankan jika Kurikulum kontekstual atau kurikulum yang berbasikan nilai-nila adat dan budaya sangat penting karena masih harus mengikuti kenyataan yang ada di lapangan. 

Jadi gak maksa mereka buat ngikuti standar kurikulum nasional yang mungkin akan membebani mereka. 

Konsep kurikulumnya jika dianalogikan misal tanah adalah ibu, dan laut adalah ayah yang memberikan makanan. 

Jordi dan kawan-kawannya melakukannya secara sukarelawan tapi semenjak terkenal ada banyak donatur yang datang. Maka para relawan pun mendapatkan tunjangan seperti untuk makan atau biaya perahu. Tergantung dari donatur berapa tunjangannya. 

Donasinya dari online dan offline. Informasi mengenai donasinya ada di facebook dan instagram, dan juga dari mulut ke mulut. 

Donasinya dalam semua bentuk, baik dalam bentuk uang, pakaian, buku, tapi yang utamanya buku sih. Karena di sana gak ada toko buku. 

Buku di sana mahal banget bisa 2x lipatnya. Misal di toko buku di jakarta 100rb di Papua bisa 170rb.

Ngajarnya di tempat besar dalam sebuah gedung, yang mana gedung tersebut merupakan fasilitas dari pengurus gereja yang dipinjamkan ke Jordy dan kawan-kawannya untuk belajar sebagai bentuk support. 

Kalau setiap minggunya memang digunakan untuk ibadah, tapi setiap jam belajar dipinjamkan untuk belajar. 

Apa aja yang diajarkan kepada anak-anak? 

Numerasi dan literasi, karena di daerah timur itu literasi menjadi isu utama di dunia pendidikan. 

Tapi  selain itu juga tentang kebersihan, misal tentang cara mencuci tangan yang benar, tentang gizi, semua ada dan juga ada program pengembangan diri, misal tentang pengembangan bakat. 

Misal mereka suka crafting, suka gmabar, main bola, musik, yang penting yaitu isu lingkungan terkait permasalahan sampah. 

Mengingat ini daerah wisata, tapi banyak wisatawan yang tida memperhatikan. Isu tentang climate change. 

Tentang permasalahan sampah juga diajarkan karena jika dikaitkan dengan perubahan iklim, ikan-ikan bisa mati karena sampah. 

Karena yang diajarkan juga tentang linkungan, maka orang dewasa juga diajak. Kedepan programnya mengedapankan perempuan bukan hanya anak2. 

Karena perempuan masuk ke kelompok rentan terhadap isu perubahan iklim. Karena masyarakat adat saja sudah masuk kelompok rentan, apalagi perempuan.

Kenapa perempuan? 


Karena merekalah yang mengatur urusan konsumsi di rumah, mereka yang berkebun, yang mengurus rumah dan anak, dan itu sangat berkaitan dengan kulaitas hidup merkea, apalagi dengan budaya patriarki yang masih sangat melekat di sana, juga tentang pernikahan dini juga masih banyak di sini. 

Ke depan kelompok ini akan membentuk memberdayakan mereka dengan menciptakan produk dari hasil alam. Dan juga bahan bekas yang didaur ulang. 

Awalnya project ini hanya berjalan di satu wilayah dan hingga saat ini sudah bergerak menuju 7 wilayah yaitu Papua barat dan Papua Barat Daya 

Untuk relawan dan pengurus, saat ini sudah ada skitar 200 anak muda dari seluruh indonesia untuk bergabung di seluruh project yang dijalankan 2 tahun terakhir ini.Dan sudah lebih ada 500 anak papua dari dampak project ini. 


Namun tantangannya tentu banyak, seperti taranpostasi karena butuh budget yang mahal. Setiap minggu butuh 200-250rb untuk setiap kali carter perahu. Karena pakai perahu reguler harus nunggu jadwal jalan. Karena anak-anak kan udah nunggu 

Selanjutnya dari ketersediaan anak muda untuk konsisten mengajar tiap minggu itu adalah tantangan paling sulit. 

Kalau untuk yang ngajar sekali dua kali, tapi untuk yang benar-benar konsiten setiap minggunya itu sulit. Seminggu sekali di pulau Mansinam karena terkendala dana dan berarti bergantian setiap wilayah. 


Dan karena masih dalam bentuk komunitas, maka program ini berjalan dengan kekuatan komunitas yang bekerjasama dengan masyakarat adat, pemuda, lokal NGO lainnya, sehingga dapat berjalan bersamaan. Misal di sini Jordy sedang mengajar, maka di tempat lain pun sudah ada yang mengajar dari rekan komunitas. 

Jordi sampai kepengen belikan perahu buat mereka tapi itu sangat mahal dan belum mampu. Memang sih sudah ada bantuan dari pemerintah, tapi terbatas karena warga juga menggunakannya untuk mencari nafkah. Jadi perahunya gantian untuk antar anak sekolah dan untuk bekerja.

Kesenjangan pendidikan desa dan kota cukup parah. Seperti apa? 

Pertama adalah kualitas gurunya. Jadi guru belum paham apa itu kurikulum dan kurikulum apa yang saat ini berlangsung? Apa itu kurikulum merdeka, mereka belum terlalu paham. 

Jadi mereka belum memberikan hasil yang maksimal dll. Apalagi karena kurikulum sering berubah, dan ini menjadi tantangan bagi murid atau guru. 

Kekurangan guru atau gimana? 

Gurunya biasanya di kota, jadi emang kudu nyebrang dulu, dan kadang baru datang jam 9, jadi kegiatan belajar mengajarnya mengalami keterhambatan dan sering kosong. 

Dari segi kurikulum, anak anak ini dipaksa, dianjurkan untuk memahami materi yang ada di buku dari dinas pendidikan. 

Tapi mereka gak bisa baca buku, gimana mereka bisa belajar kalau gak bisa baca buku. Jadi solusi yang ditawarkan masih belum relevan apa yang terjadi di tawarkan. 

Yang dibutuhkan masyarakat di sana selain pendidikan apa saja? 

Sebenarnya lebih ke finansial dan tenaga kerja. Namun menurut kak Jordy, pemerintah dianjurkan untuk menyesuaikan kurukulum khusus agar mereka tak terbebani.  Karena kan starting setiap anak berbeda-beda dengan masyakat di pulau lain. 

Akar masalahnya yaitu di pendidikan, pendidikan menuntaskan segala masalah. 

Oh ya, ada moment menyentuh terkait aktivitas belajar ini. Misalnya saat anak-anakl menyambut di pinggir pantai, dan saat kembali, mereka naik perahu dan begitu sampai ke tengah mereka lombat dan berenang ke daratan.

Ini menandakan bahwa mereka sangat dekat kan komunitas ini sangat dibutuhkan. 

Dan saat kak jordy bilang mau sekolah ke LN, mereka pada "aduh jangan, nanti siapa yang ngajarin kita" 


Dan mereka sayang banget dengan para pengajar. Kepala sekolahnya juga menyambut baik. Kepala sekolahnya bilang harus berbuat baik ke mereka. Kalau kakaknya tidak mau mengajar kalau kalian nakal gimana? 

Dari sini, jordy mendapat penghargaan sebagai generasi muda inspiratif sebagai satu indonesia awards 2022 di bidang pendidikan 

Jordi terpilih dari 13000 lebih orang pendaftar dan setiap provinsi terpilih 5 saja dan satu-satunya terpilih karena hanya terekspetasi hanya provinsi. 

Setelah dapat penghargaan, mulai banyak perhatian, ada banyak temen yang bertambah, dari unicef, dikasih pelatihan gratis dari world research internasional, komunitas lokal, NGO, dan lainnya pada pengen berkolaborasi. 

Harapan untuk papua dari Jordy yaitu Semoga secepatnya di daerah 3T sudah seharusnya dapat kurikulum khusus karena implementasi kurikulum khusus penting sekali. 

Dan setiap pemutusan kebijakan itu seluruh stake holder harus dilibatkan, terlebih lagi anak-anak muda karena memiliki power yang lebih kuat. 

Entah dalam pembuatan kebijakan, entah berkolaborasi, bersinergi dengan pemerintah, dan juga yang terlebih lagi masyarakat agar bisa mendengarkan apa keluhan mereka. 

Quotes dari anak-anak sana, meskipun dalam keterbatasan tidak pernah memusnahkan mimpi. 

Semoga tulisan ini menginspirasi. 

Posting Komentar

1 Komentar

Budayakan berkomentar dengan baik dan sopan :)